SUMENEP, (TransMadura.com) –
Bantuan oprasional Covid-19 dari Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag-RI) untuk yayasan lembaga pendidikan Pondok Pesantren (Ponpes) Nurul Jali di Kecamatan Pragaan, Sumenep, Jawa Timur, diduga markup siswa.
Pasalnya, yayasan ponpes Nurul Jali itu, , menerima bantuan Covid-19 dari Kemenag RI, sebesar Rp. 50 juta untuk biaya oprasional.
Sedangkan, siswa pendidikan naungan yayasan Ponpes Nurul Jali tersebut, disinyalir hanya sejumlah kurang lebih 150 murid.
Padahal, sesuai aturan Kementerian Agama RI, penerima bantuan oprasional Covid-19 untuk lembaga yayasan ponpes ada kategori, yakni kategori ponpes besar, sedang, kecil tergantung santrinya.
“Yayasan pendidikan Ponpes nurul jali, kami menduga sudah Markup santri, karena menerima bantuan operasional Covid-19 sebesar Rp 50 juta,” kata Ketua Bara JP Sumenep, Asmuni kepada media ini.
Sedangkan jumlah murid di lembaga Yayasan Nurul Jali itu, jelas Asmuni, hanya kurang lebih 150 orang. “Ini kan sudah patut diduga sudah melakukan penggelembungan murid (Santri),” ungkapnya.
Dirinya menceritakan, sesuai aturan kementerian agama (Kemenag) RI,
Untuk 500 santri ke bawah masuk golongan pesantren kecil mendapatkan Sebesar Rp 25 juta.
500 sampai 1.500 santri kategori sedang mendapatkan Sebesar Rp 40 juta dan di atas 1.500 itu kategori besar mendapatkan Bantuan operasional covid-19 sebesar Rp 50 juta.
“Ponpes ini hanya mempunyai murid kurang lebih 150 orang dan masuk bantuan kategori golongan ponpes besar. Ini sudah menyalahi juknis, tidak masuk akal,” ucapnya.
Pihaknya dengan tegas, akan melaporkan yayasan tersebut, agar diproses secara hukum yang telah diduga melanggar aturan yang ada.
“Dalam dekat ini kami akan memproses secara hukum, biar program pemerintah tidak selalu menjadi bancakan,” tegasnya.
Terpisah, K M. Khairi Rumi S,pd, Pengasuh Ponpes Nurul Jali, Desa Pakamban Daya belum merespon saat dihubungi melalui terlepon genggamnya. “Saya masih ada kifayah,” ujarnya Hp langsung dimatikan. Senin, (16/11/2020).
Mencoba ditelfon kembali HP nya sudah kedengaran tidak aktif.
Sementara guru pengajar saat memcoba di konfirmasi , kelihatan bingung untuk menjawab pertanyaan terkait bantuan tersebut. “Kami tidak berani takut melangkai,” tuturnya.
(Madi/Asm/Red)