SUMENEP, (TransMadura.com) –
Pasca acara Forum Keraton dan Masyarakat Adat (FKMA) ke V se-ASEA tenggara di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, meninggalkan berbagai keluhan, terselip cerita tentang pengorbanan para pemandu raja-raja atau LO hanya menerima honor Rp250 ribu yang dianggap tidak manusiawi bekerja selama 5 hari-5 malam.
Hal itu dapat kecaman dari berbagai kalangan, salah satu aktivis yang mengatasnamakan Forum Masyarakat Inspiratif (Formatif), menyesalkan dengan pemerintah kabupaten yang tidak manusiawi terhadap honor yang diberikan kepada LO hanya sebesar Rp250 ribu kerja lima hari lima malam, ini terkesan kurang menghargai jerih payah orang
Seharusnya mereka itu harus sadar, bahwa kesuksesan acara berkat dukungan banyak pihak. ” Jangan pernah beranggapan “sukses” penyelenggaraan yang dia kelola, bukan berkat kepintaran seorang pemimpin,” kata Moh Fadal Ketua Formatif, jum’at (2/11/2018).
Menurut Fadal, Pemimpin harus punya kemampuan kepemimpinan yang bisa melayani (Servant Leadership), namun juga dalam diri seorang pimpinan, visi dan missinya harus teraktualisasi. “Bukan jiwa seorang pemimpin yang harus terlayani. Belajar juga untuk menghargai jerih payah orang lain,” ucapnya.
Sementara, Kabag Humas Pemkab Sumenep, Abdul Kadir berusaha menjelaskan meski sangat singkat. “Itu tanggung jawab EO mas, tapi leading sektornya Disparbudpora,” terangnya via WhatsApp.
Kepala Disparbudparpora, Sumenep, Sofiyanto tidak merespon saat mau dikonformasi melalui sambungan telepon genggamnya, jum’at (02/11/2018).
Sebelumya, keluhan para LO mengaku hanya mendapatkan honor yang dinilai kurang manusiawi, yakni sebesar Rp250.000 (Dua ratus lima puluh ribu rupiah).
“Kami kerja lima hari siang dan malam dari tanggal 27 sampai tanggal 31, hanya dikasik honor 250ribu, teman-teman pemandu Raja-raja atau LO pada mengeluh semua karena sangat tidak wajar,” ujar salah seorang Tourist Guide, Miskali, Rabu (31/10/2018) malam.
Ia yang tercatat sebagai anggota DPD HPI Jatim dengan tanda pengenal sebagai pramuwisata muda (profesional) mengaku bekerja tidak hanya siang hari.
Bahkan, demi memberikan pelayanan yang baik kepada para Raja-raja se-Nusantara dan tamu lainnya harus lembur hingga larut malam.
“Ada hampir 100-an anak yang menjadi pemandu, baik dari siswa SMA atau mahasiswa. Ya, termasuk saya sebagai pemandu profesional,” katanya.
Pihaknya sudah sejak hari pertama kerja bertanya pada panitia tentang besaran honor, namun pihak panitia tidak ada yg menjelaskan dan terkesan menghindar.
“Ketika kami pas ngambil honor ke Kantor Dinas Pariwisata. Ternyata hanya segitu. Ya, honor itu diberikan di Kantor Dinas Pariwisata,” jelasnya.
Nilai honor tersebut jauh dari harapan dan sangat tidak layak. “Ini tidak untuk membandingkan, hanya sharing, saya membantu di even Kemilau Madura di Pamekasan, semalam dua hari. Honor saya 400ribu. Belum transpot saya diganti sebesar 200 ribu. Jadi, totalnya 600 ribu, selama semalam dua hari,” urainya.
Hingga Rabu malam, soal kecilnya honor pada even FKMA yang diselenggarakan FSKN berkat kerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Sumenep itu masih hangat diperbincangkan. “Anak-anak LO pada ribut terkait hal ini,” ujar Ali sapaan akrab Miskali. (Asm/Red)


