banner 728x90
Tak Berkategori  

PU Cipta Karya dan PU Pengairan Kontra Soal Penanganan Genangan Air di Sumenep


SUMENEP, (TransMadura.com) –
Genangan air di beberapa titik wilayah perkotaan Kabupaten Sumenep, Madura Jawa Timur, yang sering terjadi. Hal ini menjadi PR bagi pemkab dan kajian serius dengan problematika yang tidak berkesudahan.

Faktanya, setelah curah hujan yang tinggi beberapa titik jalan di perkotaan ini akan tergenang khususnya pada wilayah ring 1 pemkab sumenep, pasti tergenang air. Bahkan ketinggian mencapai lutut kaki orang dewasa.

Praktisi Sumber Daya Air (SDA), Arzil abdillah, mengatakan, faktor penyebab terjadinya genangan dibeberapa titik itu, karena daya tampung air pada drainase saat ini yang kecil tidak mampu menampung debit.

Sebab, karena itu dimensi saluran dan sistem drainase perkotaan di kabupaten sumenep ini perlu dikaji ulang kemampuan menampungnya dan mengalirkan debit dengan curah hujan yang terjadi.

“Ada banyak Drainase saat ini sudah bertahun-tahun dimensinya tidak ada perubahan. Padahal tiap tahunnya Runoff/Limpasan bertambah dikarenakan banyak faktor,” jekasnya.

Salah satunya, yang menjadi faktor utama, kata Arzil, perubahan tata guna lahan, yang semula sawah kini jadi pemukiman. Sehingga, berakibat pada berkurangnya daerah resapan air kedalam tanah atau yang biasa kita kenal infiltrasi.

“Ini akan mempengaruhi debit yang melewati saluran drainase, dan inilah yang mengakibatkan terjadinya genangan air,” ungkapnya.

Dengan demikian, Untuk menyelesaikan masalah ini, alangkah baiknya OPD terkait duduk bareng mencari solusi, terkait penanganan yang akan dilakukan, mulai dari kajian yang menyeluruh dari Hulu sampai Hilir, mulai dari sistem drainasenya kemudian sampai normalisasi sungai.

“Membuat prioritas utama penangangan genangan yang terjadi. Insyallah kalau hal ini dilakukan dalam 1 tahun anggaran saja, sumenep akan terbebas dari genangan,” harapnya.

Sementara, Kepala Dinas PU. Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Cipta Karya (DPRKP-Cipta Karya) Sumenep, Moh Jakfar, menyampikan berbeda, masalah genangan tidak usah terlalu difikirkan, melainkan mencari solusi dan harus punya rencana untuk mengatasi persolan genangan air yang paling kerap terjadi di OPD utama, yakni depan kantor BPPKAD di Jalan Kamboja, No. 29 Pajagalan.

“Kalau genangan air di Sumenep jangan terlalu difikirkan, tapi kita harus punya rencana, sebab banjir genangan 2020 ini, sebenarnya OPD utama, seperti di BPPKAD,” kata Kepala Dinas PU. Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Cipta Karya (DPRKP-Cipta Karya) Sumenep, Moh Jakfar.

Setelah melakukan keliling saat dua kali terjadi banjir genangan, Jakfar menjelaskan, ternyata aliran atau saluran air penuh tidak bisa menampung debit air yang cukup besar. “Kami sudah mengecek keliling disaat hujan, saluran air penuh seperti yang terjadi genangan kemarin,” ungkapnya.

Penyebab seringnya luapan air dan terjadi genangan, lanjut mantan Kepala Plt. Dinas PU Bina Marga ini, dikarenakan, elevasi di kali marengan juga penuh air tidak bisa mengalir, sebab endapan sudah tinggi. “Rencana dan solusi ini harus ada pengerukan di kali marengan karena endapannya puluhan tahun tidak dikeruk,” jelasnya.

Sehingga, Jakfar meminta, ada satu solusi untuk mengatasi ploblem itu, terhadap Dinas SDA (Pengairan) Sumenep, untuk dilakukan pengerukan dimulai dari jembatan rantai marengan sampai muara kali marengan sampai kalianget.

“Kalau itu tidak dilakukan tetap saja . karena sudah dimensikan pagi karena endapannya terlihat dari para nelayan kalianget kertasada airnya itu, sampannya sudah dangkal tidak bisa masuk,” ucapnya.

Namun, ketika dilakukan pengerukan, jelas Jakfar, airnya bisa lancar mengalir ke laut. walaupun kalau laut kalianget terjadi pasang paling tidak dengan endapan kalau dikeruk air jadi lancar. “Itu pastinya air mengalir ke yang lebih rendah dan lancar,” tukasnya.

Kepala Dinas PU Sumber Daya Air (SDA) Sumenep, Chainur Rasyid, malah membantah kalau penyebab genangan air itu di kali marengan, sebab kali marengan tidak pernah terjadi air sampai meluber disaat hujan lebat. “Apanya yang mau dikeruk wong airnya tidak pernah melimpah, kalau pembersihan sudah sering kali dilakukan, kali marengan tidak meluap,” jelasnya.

Sehingga, kata Inung panggilan akrabnya, tidak setuju kali marengan jadi penyebab genangan. “dimana ada sampai saat hujan kali merengan melimpah, tidak ada kan,” tegasnya.

untuk melakukan pengerukan sampai kehilir, membutuhkan biaya yang cukup besar, karena keterbatasan anggaran. “Itu cukup panjang membutuhkan anggaran yang cukup besar dan butuh tahapan mencapai sampai ke hilir kalianget,” ucapnya.

Ditanya apa penyeban terjadinya genangan air. Dia enggan berkomentar. “Saya tidak tau kalau persoalan genangan apa penyebabnya. bisa saja sebab kekurang ponpa air,” tutupnya.

(Asm/Red)
.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *