SUMENEP, (TransMadura.com) – Proyek pengembangan Sarana Prasarana Pelabuhan Tarebung Kecamatan Gayam, Pulau Sapudi, Sumenep, Madura Jawa Timur, pihak rekanan abaikan Dinas Perhubungan (Dishub) setempat.
Pasalnya, pekerjaan proyek anggaran provinsi tersebut, dinilai tidak sesuai dengan spesifikasi, bahkan, meskipun pengerjaan proyek itu sudah kerap ditegur oleh Dinas Perhubungan (Dishub) Kabupaten Sumenep, namun kontraktor tetap abaikan.
Sebelumnya, proyek miliaran itu sudah dapat sorotan dari kalanga aktivis kepulauan, barang materialnya diduga tidak sesuai dengan Rencana Anggaran Belanja (RAB) menggunakan pasir hitam dicampur dengan tanah.
Bahkan, bahkan barang tersebut sempat disuruh tolak oleh Dishub Sumenep. Namun tetap tidak diindahkan oleh pihak kontraktor pelaksana, yakni CV Damar Wulan.
Pantauan media dilokasi, pasir tanah tersebut sudah digunakan untuk membuat beton riul khusus tangkis laut serta digunakan untuk pemasangan batu. padahal sudah disuruh tolah oleh Dishub, agar tidak dipakai untuk beton riil. “Saat ini sudah ada 27 riul yang sudah selesai,” kata Masudi, Aktivis Kepulauan.
Menurutnya, mengindahkannya teguran Dishub dan konsultan pengawasan itu, dirinya menilai sangat aneh, bahkan ada dugaan kongkalikong.
“Aneh kan, sekelas Kepala Bidang (Kabid) dan Konsultan tersohor di Kabupatan Sumenep, tegurannya tidak diindahkan oleh kontraktor, saya menduga sedang ada kongkalikong, Senin, (21/09/2021).
Selain itu, mantan aktivis PMII ini menuding, Dinas Perhubungan sudah tidak punya taring,
notabene sebagai pemegang kendali proyek tersebut, justru di abaikan oleh pihak kontraktor. “Saya curiga ada apa dibalik ini Kabid Sarpras Dishub?,” ungkapnya.
Sementara, Kabid Sarana dan Prasarana (Sarpras) Dishub Sumenep, Dadang mengatakan, jika ada ketidak sesuaian dengan pekerjaan itu diminta ditolak kalau tidak sesuai dengan spek.
“Dinas tidak akan mengakomodir jika memang barangnya tidak sesuai. Terlepas dari siapa yang mendatangkan barang itu entah warga setempat atau bukan, percuma kalau tidak sesuai spek, tolak saja, ” ungkapnya,
Dadang menyampaikan bahwa terkait dengan kondisi di lapangan, pihaknya sudah menyerahkan pengawasan itu kepada konsultan sebagai kepanjangan tangan dishub.
“Saya kan tidak mungkin turun ke lokasi dan tidak akan main-main mas, kalau semisal nanti pekerjanya putus kontrak yah biarkan putus kontrak, yang kami harapkan spek harus bagu,” katanya.
Terpisah, Konsultan pengawas mengatakan, dirinya sudah kerap kali menegur, bahkan kata dia pasir yang dianggap kualitasnya jelek itu, olehnya sudah disuruh untuk ditahan.
“Untuk pengerjaan beton harus melewati beberapa uji lab dan uji lainnya, makanya pasir saya tahan, “ucapnya.
Tidak hanya itu, dirinya juga meminta, agar masyarakat juga membantu mengawasi, sebab dari awal pekerjaannya sudah cenderung main – main.
“Saya minta kepada temen – temen dilapangan untuk menjaga pengawasan tentang pengadaan bajanya juga nanti, karena takut cenderung dipermainkan, ” tegasnya.
Kontraktor dari CV Damar Wulan, Deky melalui via telepon genggamnya menyampaikan,
tidak tahu jika pasirinya sudah dibuat Riul. Sebab kata dia selama ini belum konfirmasi dengan bawahannya yang ada di lapangan.
“Saya juga belum tau mas, nanti saya coba konfirmasi dengan orang saya yang di lapangan, ” ujarnya.
Tidak hanya itu, pihaknya juga mengaku sudah melarang, bahkan posisi saat ini sudah ada yang mensuplay bahan pasir hitam dan akan dilakukan aproval material oleh konsultan.
“Perkara yang sudah dipakai untuk pembuatan riul, nanti saya suruh cek untuk tidak di pasang, “ujarnya.
Ditanya kenapa masih dikerjakan bahan yang tidak sesuai spek?, Deky meminta awak media untuk kordinasi dengan koleganya di lapangan. “Silahkan koordinasi dengan kolega dilapangan,” tutupnya
(Fero/red)