SUMENEP, (TransMadura.com) –
Soal melonjaknya harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di pulau Sapudi, terus bergulir. Bahkan Camat Nonggunong menanggapi , bahwa selama ini tidak tidur terkait dengan kelangkaan BBM itu.
“Kami tidak tidur selama ini, setiap bulan ketika stok menipis setiap bulan selalu menghubungi APMS menanyakan transportir kapan akan dilakukan pengiriman, karena stok mulai menipis,” kata Camat Nonggunong, Mohammad Rais yusuf.
Dia memaparkan, kelangkaan BBM di Kecamatan Nonggunong, sampai hari ini harga di kios pengecer sebesar Rp 11 ribu per liter. “Bukan harga Rp 13 ribu,” dalihnya.
Selain itu, Rais Yusuf menegaskan, saat mengbunungi bagain transportir pengiriman, bahwa BBM dipastikan akan dikirim pada hari rabu ini. “BBM akan dikirim pada hari rabu ini, kami tidak tidur,” tegasnya.
Sementara sebelumnya, harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis peremium di Kepulauan Sapudi Kabupaten Sumenep Jawa Timur melonjak naik. Pasalnya, hingga saat ini harga eceran tembus mencapai Rp13.000 / liter.
Harga tersebut naik, sudah hampir satu bulan ini bahan bakar premium di APMS kosong. “Sudah satu bulan ini Bahan Bakar Minyak (BBM) premium naik sampai 13 ribu per liter,” kata Ahmad Afandi Warga sapudi. Senin, (12/10/2020).
Dia menjelaskan, sedangkan harga eceran di daratan hanya 9ribu hingga 10 ribu perliter. “Selisih harga sampai 3ribu. Ini harga sangat berat bagi warga kepulauan,” ungkapnya.
Dengan begitu, Affan berharap kepada pemerintah untuk menyikapi persoalan harga BBM sudah satu bulan ini mengalami kenaikan khususnya di pulau sapudi ini. “Kami berharap bisa diperhatikan oleh pemerintah masalah kenaikan BBM ini,” ucapnya.
Terpisah, Ketua Umum Pergerakan Pemuda Peduli Sapudi (P3S), Salam menyampaikan, sangat menyayangkan terhadap kejadian kenaikan BBM itu.
Dia menduga, Mark Up harga BBM jenis premium hingga mencapai harga belasan ribu, kasus tersebut sudah menjadi permainan pemilik modal.
“Kami menduga, ini ada permainan harga pemilik modal, masalahnya
didaratan bahkan di pulau tetangga harganya masih berkisar antara 9 sampai 10 ribu, untuk harga eceran,” ucapnya.
Lebih nahas lagi, selisih harga yang dicantumkan pada harga eceran, lebih tinggi sekitar 3.000 rupiah dibandingkan dengan Pulau Raas.
“Padahal sudah jelas, secara geografis Pulau Raas lebih jauh dari pada Pulau Sapudi, dan biaya transportasinya juga lebih mahal ” Imbuhnya.
Lanjut pria yang kerap dipanggil Kempul ini, menekankan kepada Forum Pimpinan Kecamatan Gayam dan Nonggunong, agar menyisir permainan harga yang dilakukan oleh oknum-oknum. Sebab, melonjaknya harga BBM ditengah pandemi covid-19 ini sangat tidak wajar.
“Masyarakat sudah dilanda dengan pandemi covid-19, malah ditambah dengan tingginya harga BBM, ini kan nambah masalah baru, ada apa sebenarnya?, ” Tanyanya.
Tidak hanya itu, Salam Juga, mempertanyakan kinerja pemerintah setempat, terkait dengan adanya kasus seperti ini.
Sehingga; jika memang belum dilakukan penyisiran, ia berharap agar dilakukan secepatnya, karena jika dibiarkan berlarut, khawatir akan berpengaruh terhadap harga-harga kebutuhan lainnya.
Kendati demikian, dia juga meminta terhadap pemerintah Kabupaten, agar Pulau Sapudi menjadi perhatian khusus, terutama pengawasan terhadap BBM bersubsidi yang didistribusikan pada kepulauan.
“Sapudi menjadi ladang basah penghasilan, permainan harga BBM bagi oknum terkait. Jangan karena saat ini disibukkan dengan urusan partai, menyambut momentum pilkada 2020, sehingga para Wakil Rakyat Dapil 7 lupa akan kesejahteraan rakyat sapudi yang saat ini sedang menjerit mahalnya harga BBM, ” Tegasnya.
(Fero/Red)