SUMENEP, (TransMadura.com) –
Jelang Pemilihan Umum (Pemilu) Capres Cawapres, Caleg 2019, banyak cara menarik simpatisan masyarakat untuk mendapkan kantong suara dari berbagai calon.
Dimana saat ini banyak cara dengan politik uang diibaratkan seperti gas dalam perut hanya tercium baunya akan tetapi tidak kelihatan. Sehingga masa saat ini bantuan turun ke masyarakat. Seperti pengeras suara, baju lengkap dengan krudungnya, hingga peralatan dapur atau yang lainnya.
Hal itu sebagai imbal balik, warga menyerahkan suaranya ke Caleg bersangkutan. Tidak ada bukti pembayaran dan jaminan pemberian suara. Hanya saling percaya.
H.Tajul Ulum, salah satu warga Desa Pancor, Kepulauan Sapudi, tertawa lebar, ketika ditanya TransMadura. mengapa akan menerima uang jika Calon Legislatif (Caleg) memberikan. “Saya tahu, mungkin dia nanti korupsi jika duduk jadi DPR untuk kembalikan modal. nanti kalau sudah jadi, dia lupa pada kita,” katanya.
Dia memaparkan, jelang Pemilu Legislatif ini tiba-tiba saja banyak “dermawan” dadakan yang bermunculan. Entah dari mana datangnya, partai apa yang diusungnya, “dermawan” dadakan ini muncul ibarat jamur di musim hujan. Anehnya, semuanya rata-rata ingin membantu masyarakat, berjuang atas nama rakyat, walapun itu sebenarnya lagu lama untuk mengambil hati masyarakat.
Kedatangan politisi ini ke masyarakat, Kata Tajul biasanya menggunakan simbol-simbol agama dan atas nama rakyat dan demokrasi serta sering mengobral janji, Kesana kemari membawa “bantuan”. ” Sekarang banyak orang baik, membagi-bagikannya kepada masyarakat, tidak ubahnya sinterklas yang baik hati,” ungkapnya.
Sehingga, kalau sudah duduk nanti menjadi anggota DPRD, ia akan membangun jalan, irigasi, sekolah dan lainnya. ” Sang politisi mungkin lupa, fungsi anggota DPRD itu bukanlah membagi-bagikan sembako dan uang. bukan juga membangun jalan, tapi hanya sebatas legislasi, membahas dan menyetujui anggaran serta pengawasan,” terang Tajul. (Fero/Red)