SUMENEP, (TransMadura.com) –
Di sela-sela kesibukannya, Sertu Lakarim Babinsa Desa Ketupat salah satu anggota Koramil 0827/21 Raas tidak melupakan rutinitas yaitu sembari sambangi desa menyempatkan dirinya bercengkrama dengan masyarakat.
Kali ini kunjungan Babinsa Desa Ketupat menyasar di Bapak Mustofa (54) yang bertempat di Dusun Tengah Desa Ketupat Kecamatan Raas Kabupaten Sumenep. Madura-Jawa Timur. Rabu, (26/9/2018).
Kedatangan Sertu Lakarim di kediaman Mustofa salah satu warga binaan disambut dengan ramah, dan pada kesempatan itu juga ada beberapa sanak saudaranya yang lagi berkunjung.
Kegiatan tersebut dimaksudkan untuk menambah suasana keakraban antara TNI dalam hal ini Babinsa dan masyarakat. Begitu datang, Sertu Lakarim Babinsa Desa Ketupat yang berdinas di Makoramil 0827/21 Raas langsung menyapa para warga yang kesehariannya berprofesi sebagai petani.
“Assalamualaikum,….” ucap salam Babinsa kepada Mustofa.
Waalaikumsalam Pak Babinsa, mari singgah sejenak sambil minum kopi, “sahut Mustofa dengan lantang”.
Suasana keakraban dan kedekatan nampak terlihat antara Babinsa Desa Ketupat. Terlihat sedikit malu di raut wajah mereka tetapi mereka sangat senang dan bersemangat menyambut kedatangan Babinsa menyapa dan mendekati mereka.
Kedekatan antara Dandim dengan para petani sangat terlihat, sambil bersenda gurau. Pada kesempatan tersebut Sertu Lakarim yang dikenal sangat akrab dengan warganya melakukan tanya jawab tentang pembudidayaan tanaman baik itu Padi, Jagung dan Kedelai.
Anggota Koramil 0827/21 Raas Sertu Lakarim menyatakan, sebagian besar petani diseluruh penjuru terutama di Dusun Tengah Desa Ketupat Kecamatan Raas mungkin sudah tidak asing dengan budidaya tanaman tersebut dan yang pasti sangat-sangat mengenal serta mengerti apa fungsi serta manfaatnya.
Namun, sebagian besar petani mungkin asing dengan kata “tanaman refugia” dan tidak mengerti apa fungsinya. “Kita mungkin pernah pergi ke suatu lokasi persawahan dan menemukan lahan sawah yang banyak ditanami tanaman bunga. Mereka bukan mencoba memperindah lahan sawahnya agar terlihat lebih bagus, namun petani-petani tersebut menggunakan teknik tanaman refugia untuk mengendalikan hama,” kata Sertu Lakarim.
Sertu Lakarim sedikit menjelaskan, bahwa secara sederhana, refugia dapat diartikan sebagai mikrohabitat buatan yang ditumbuhi beberapa jenis tumbuhan yang dapat digunakan sebagai tempat perlindungan, sumber pakan atau sebagai sumber daya lain bagi musuh alami hama seperti predator dan parasitoid.
Lakarim menambahkan, dalam penanggulangan hama, sampai saat ini petani masih banyak yang mengandalkan pestisida. Pestisida dianggap lebih efektif karena hasil dari penggunaan pestisida lebih cepat tampak, aplikasinya yang mudah, terlebih karena saat ini pestisida sangat mudah didapatkan di pasaran. Oleh karena itu, dalam pertanian modern, penggunaan insektisida tetap sulit untuk dihindarkan.
“Berbeda dengan insektisida yang hasilnya bisa dilihat hanya dalam kurun waktu sehari hingga dua hari, efek dari menanam tanaman refugia baru bisa dilihat dalam beberapa hari hingga minggu, namun efek refugia akan berlangsung sepanjang tahun,” terang Babinsa Desa Ketupat.
Sedangkan aplikasi pestisida harus dilakukan secara berkala sesuai situasi perkembangan hama di lahan. Terlebih penggunaan refugia lebih ramah lingkungan, tidak merusak tanah, dan pastinya lebih murah, “imbuh Babinsa”.
Dalam perbincangan, warga masyarakat Dusun Tengah Desa Ketupat mengaku untuk senantiasa bersama Babinsa mewujudkan hasil pertanian yang lebih maju dan segala hal yang dapat menunjang kelancaran pelaksanaan bercocok tanam menuju swasembada pangan.
Sertu Lakarim juga menyampaikan siap mengerahkan alat peralatan pertanian yang saat ini dimiliki Kodim 0827 Sumenenp berupa exavator, traktor roda empat, hand traktor dan lain sebagainya. (Man/Red)


