banner 728x90
Tak Berkategori  

Dampak Kekeringan, Petani Beralih Pekerjaan Membuat Tikar


SUMENEP, (TransMadura.com) –
Akibat kemarau panjang, para ibu ibu petani di Desa Birem, Kecamatan Tambelangan, Kabupaten Sampang, Madura Jawa Timur, beralih profesi sebagai pengrajin tikar.

Tampak mereka membuat kerajinan tikar di dalam gua dengan bahan daun pandan duri membuat bersama sama tetangganya hanya demi menghidupi kebutuhan keluarganya.

banner 728x90

“Ibu-ibu petani beralih pekerjaan menjadi pengrajin tikar agar dapur di rumah tetap terus mengepul,” kata Halimah salah satu ibu yang ikut membuat tikar.

Dia mengaku, jika di daerahnya sedang terdampak krisis air selama musim kemarau. Mustahil bagi mereka memaksakan diri bertani dalam kondisi keterbatasan air. Serta memilih membuat tikar untuk dijual kepada masyarakat.

Tikar hasil kerajinan, ia membanderol harga Rp. 60 ribu sampai Rp. 120 ribu. Juga bergantung pada ukuran dan kerapian anyaman tikar.

Kerajinan itu, sudah dilakukan secara turun-temurun sejak zaman nenek moyang setiap musim kemarau. Ibu-ibu beraktivitas membuat tikar mulai pukul 6:00 sampai 17:00 WIB.

“Saya bikin dari pagi sampai dzuhur. Istirahat untuk sembahyang, kemudian kembali untuk bikin lagi sampai sore,” katanya.

Daun pandan duri yang dibuat tikar, para pengrajin mencari di dalam hutan untuk dibawa pulang ke rumah masing-masing.

Prosesnya, duri daun pandan dibuang, daun dibelah memanjang tipis hingga menjadi lebih banyak. Kemudian dijemur sampai kering dan layu.

“Jika daun sudah benar-benar kering dan layu, langsung dibawa ke gua untuk dibuat tikar,” jelasnya.

Sementara, guru Sekolah Dasar (SD) di dekat lokasi, Dedi mengaku sangat tertarik dan membeli tikar hasil kerajinan ibu-ibu di gua untuk dijadikan koleksi.

“Saya tertarik karena unik dan pembuatan di dalam gua. Hasilnya bagus, rapi dan cocok buat koleksi,” imbuhnya. (MO/Red)

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *