SUMENEP, (TransMadura.com) –
Penyaluran bantuan sembako progran Kemensos yang dikeluhkan KPM di Kecamatan Pragaan, Jawa Timur, terus bergulir. Pasalnya, KPM yang merasa di rugikan agar melapor.
Hal ini disampaikan, Camat Pragaan, Darus Salam, kalau memang ada KPM yang merasa dirugikan oleh E Warong, yang tidak sesuai, dipersilahkan untuk melapor ke Kecamatan.
“Kami akan panggil semua E Warong, terkait temuan itu, pihak tikor akan melakukan pengecekan langsung,” ucapnya.
Bahkan, dia mengimbau kepada KPM, semisal barang yang diterima tidak sesuai, apalagi diberikan secara paket. “Kalau tidak sesuai, diharapkan untuk membuat laporan. KPM buat laporan, kami akan memproses secara hukum,” tegasnya.
Darus menyampaikan, bahwa selama ini tidak ada keluhan dari KPM, bahkan tikor sudah melakukan wawancara langsung ke KPM. “KPM merasa senang dengan pemberiaan bantuan sembako itu,” ungkapnya.
Dijelaskannya, di Kecamatan Pragaan, beras yang diterima KPM, bermacam macam merk. “Dikantor saya ada banyak contoh merk beras saat launching minggu pertama bersama polsek koramil dan TKSK ke beberapa agen,” jelasnya.
Terkait legalitas beras ada ijin atau tidak, kata Camat Pragaan ini, pihaknnya tikor belum sampai ke label, untuk menentukan beras premium atau tidak. “Kami belum sampai kesitu soal menentukan beras premiun atau mediaum,” ungkapnya.

Sebelumnya, Bantuan Sembako program kemensos di Kecamatan Pragaan, dikeluhkan. Pasalnya, bantuan tersebut diduga tidak sesuai volume yang diterima Keluarga Penerima Mamfaat (KPM).
Bahkan, kualitas barang juga disinyalir tidak sesuai yang diharapkan KPM bahwa barang itu jelek (ada yang busuk).
Hal itu disampaikan salah satu Keluarga Penerima Mamfaat (KPM) , inisial BS, warga Dusun Drusah, Desa Prenduan, Kecamatan, Pragaan, mengeluhkan, bahwa barang yang diterima tidak sesuai harapan. “Saya terima beras bukan premium, tapi medium, kalau premium beras itu harus bersih tidak ada kotoran”, katanya.
Hasil pantauan media di lokasi beras merk “Ramos Bandung” tersebut, patah patah terlihat hingga 40 persen, diduga kuat beras oplosan. Selain itu kemasan legalitasnya juga perlu dipertanyakan.
BS menambahkan, merima barang dari agen E-Warong milik (Umi Kulsum) diterima secara paket, tidak diberikan sesuai permintaannya. “Saya terima paketan, tidak sesuai permintaan kami,” ungkapnya.
Bahkan, dia juga menyampaikan beras yang diterima menduga beras oplosan. “Berasnya kayaknya campuran, didalam kemasan berkutu, ini sudah beras tidak murni premium.
Pemilik Agen E-Warong, Ummi Kulsum, membenarkan, bahwa beras merk “Ramos Bandung” disalurkan oleh dirinya ke KPM. Namun dia membantah, dengan tudingan itu, bahwa beras yang disalurkan jelek.
“Sudah sesuai. KPM mana, saya pingin tau. Berasnya sudah premium,” ngakunya.
Ditanya legalitas beras apakah sudah berlabel, mereka enggan berkomentar. “Kalau memang mau tanya itu.silahkan ke rumah,” tolaknya.
Sementara, Keluhan KPM lain, Inisial PH juga mengaku penerimaan barang tidak sesuai volume sesuai uang yang diterima, bahwa bulan ke tiga 2020 bertambah terima 200 ribu, sebelumnya hanya 150 ribu.
“Bulan ketiga hanya menerima beras 10 kilo yang seharusnya 15 kilo. Bulan tiga kan uangnya bertambah di rekening, dari 150 ribu menjadi 200ribu, tapi saya tetap terima tidak sampai jumlah uang yang ada,” ungkapnya.
Dia juga merinci volume barang yang diterima, harga barang tidak sesuai volume, beras medium harga premium. Bahkan, diberikan oleh E warong secara paket. “Telur saya terima 1,5 kg Rp. 37 500 ribu
Kentang, halus bahkan ada yang busuk 1 kg. Harga 10 ribu perkilo.
Kacang ijo setengah kilo Rp. 12 ribu
Beras medium 10 Kilo harga perkilo Rp.9.450 = Rp. 152.000. Ini uang saya kan masih ada sisa Rp 48.000,” jelasnya, secara rinci.
(Asm/Red)


