Demang Nur: Pilkada dan Politik di Sumenep Bunyi Bunyian

Demang Nur: Pilkada dan Politik di Sumenep Bunyi Bunyian

SUMENEP, (Transmadura.com) -Menjelang Pilkada serentak diberbagai daerah mulai menggeliat menampilkan sosok figur pemimpin baru yang saat ini bermunculan di Kabupaten Sumenep, Madura Jawa Timur.

Bahkan, muncul ada yang getol mengusung jargon politik “Ganti Bupati” dan ada juga mengangkat tagline “Salam 2 Periode’ dan juga lain sebagainya.

Jargon politik itu, kini mulai didengungkan meramaikan jagad dunia maya, meskipun miskin gerakan di dunia nyata, dengan sebutan istilah Gerakan politik Politik “Bunyi-Bunyian”.

Demang Nur, salah satu pemerhati politik, menyebutkan, memangnya salah ? Oo, tidak. Dalam konteks berdemokrasi, semua bentuk dan pola gerakan politik apapun itu syah syah saja. Persoalannya hanya terletak pada efektivitas sebuah gerakan tersebut.

Sebab sebuah gerakan itu sukses tidaknya, dapat dilihat dari sudut pandang yang kompleks. Paling tidak ada langkah taktis dan strategis untuk mencapai tujuan.

Benarkah demikian ?
Mari kita uji kebenarannya bersama. Mengutip analisa Hambali (wartawan senior), “Riak-riak politik yang muncul dipermukaan masih sebatas buka lapak, belum masuk dalam gerakan politik yang sebenarnya. Ujung-ujungnya dapat dibaca, karena gerakannya berkutat didunia nyata. Mungkin ini yang dimaksud dengan politik bunyi-bunyian.” Paparnya.

Namun, pandangan Hambali ini ditampik oleh kelompok yang mengusung jargon, “Poko e Ganti”. Bagi mereka, hanya dengan kalimat ini yang paling pas dan mudah disampaikan ke publik. Tanpa dijelaskan, publik sudah faham maksud dan tujuan gerakan kita,” Jelas Farid Gaki, penggagas “2024 Ganti Bupati”.

Keduanya pandangan yang berbeda diatas tapi sama benarnya. Yang dilakukan Farid cs itu anti thesanya bagi kelompok incumbent. Meskipun gerakannya masih terlihat sebatas kulit luarnya. Kulit luarnya politik inilah yang disebut dengan istilah politik bunyi-bunyian. Yaitu gerakan politik yang bertujuan untuk mempengaruhi publik melalui media sosial.

Ya, gerakannya masih basa-basi, belum ada tanda-tanda totalitas dalam sebuah gerakan politik yang sesungguhnya.
Paling tidak, dari kedua kelompok dapat menyuguhkan pembelajaran politik berjamaah bagi publik, minimal menyuguhkan *”Jamu Politik”* yang menyehatkan,” ucap Demang Nur.

Kita masih menunggu gerakan politiknya kedua kubu ini. Mana yang lebih efektif untuk mempengaruhi persepsi publik. Seperti apa model figur pemimpin yang ditawarkan ?
Bagaimana kriteria pemimpin yang mereka impikan ?
Lalu bagaimana pola gerakannya kelompok pendukungnya incumbent untuk mempertahankan simpati rakyat agar tetap dihati. “Selamat menyimak saja dan lihat saja nanti seperti apa dunia politik kekinian,”

(Demang Nur)

 

Exit mobile version